Terpengaruh Game Online PUBG, Bocah Ini Tembak Mati Ibu dan Tiga Saudaranya

- Sabtu, 29 Januari 2022 | 15:54 WIB
Ilustrasi Tembakan Senjata Api (Pixabay.com/ Skitterphoto)
Ilustrasi Tembakan Senjata Api (Pixabay.com/ Skitterphoto)

HALUAN KALTIM - Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun di Pakistan menembak mati ibunya, kakak laki-laki, dua adik perempuannya.

Polisi di ibu kota provinsi Punjab, Pakistan menduga jika bocah itu "di bawah pengaruh" game online PUBG.

Nahid Mubarak, seorang petugas kesehatan ditemukan tewas bersama putranya yang berusia 22 tahun, Taimur dan dua putrinya yang berusia 17 dan 11 tahun di daerah Kahna, Lahore, Pakistan pekan lalu.

Baca Juga: 18 WNA Diciduk Petugas Imigrasi di Apartemen Gading Nias Residence

Menurut keterangan polisi Pakistan, remaja yang tidak terluka dan merupakan satu-satunya yang selamat dari keluarga itu ternyata adalah pembunuhnya.

"bocah pecandu PUBG (PlayerUnknown's Battlegrounds) mengaku telah membunuh ibu dan saudara-saudaranya di bawah pengaruh game," kata pernyataan itu, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman India Today.

"Dia mengalami beberapa masalah psikologis karena menghabiskan waktu berjam-jam bermain game online," kata pernyataan tersebut.

Baca Juga: Invasi Rusia ke Ukraina Bisa akan Mengerikan, AS Siap Kirim Pasukan untuk Melindungi Sekutu NATO

Polisi mengatakan Nahid adalah orangtua tunggal dan sering menegur bocah itu karena tidak memperhatikan pelajarannya karena selalu menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain PUBG.

"Pada hari kejadian, Nahid memarahi bocah laki-laki itu. Belakangan, anak laki-laki itu mengeluarkan pistol ibunya dari lemari dan menembaknya serta tiga saudaranya yang lain hingga tewas dalam tidurnya," tuturnya.

"Keesokan paginya, bocah itu membunyikan alarm dan tetangga menelepon polisi. bocah itu waktu itu memberi tahu polisi bahwa dia berada di lantai atas rumah dan tidak tahu bagaimana keluarganya terbunuh," ujarnya.

Baca Juga: Lihat 100 Ribu Militer Rusia di Perbatasan, Joe Biden Peringatkan Presiden Ukraina

Menurut polisi, pistol berlisensi itu diperoleh Nahid untuk perlindungan keluarganya, seraya menambahkan bahwa senjata itu belum ditemukan dari saluran pembuangan tempat bocah itu membuangnya.

Diketahui, hal ini merupakan kejahatan keempat yang terkait dengan game online yang terjadi di Lahore.

Ketika kasus pertama muncul pada tahun 2020, perwira polisi ibu kota saat itu Zulfiqar Hameed telah merekomendasikan larangan permainan untuk menyelamatkan nyawa, waktu, dan masa depan jutaan remaja.

Halaman:

Editor: Faisal Haluan

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X