HALUAN KALTIM - Fenomena cuaca di Indonesia awal 2022 relatif lebih dingin dari biasanya menjadi viral di media sosial.
Ada warganet menghubungkan fenomena cuaca dingin awal 2022 dengan Aphelion karena jarak bumi dengan matahari sedang dalam titik terjauh saat periode revolusi atau Aphelion. Betulkah demikian?
Baca Juga: Pernah Hidup 180 Juta Tahun yang Lalu, Fosil Naga Laut Raksasa Ditemukan di Inggris
Menurut peneliti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung Muhammad Iid Mujtahidin, saat matahari berada dalam posisi terjauh dari bumi, memang suhu akan terasa dingin.
”Tapi, saat ini, justru bukan waktu terjadinya fenomena Aphelion karena biasanya terjadi Juli,” kata Iid di Bandung, Kamis 13 Januari 2022.
Iid mengatakan, penurunan suhu saat ini tidak berkaitan dengan Aphelion. Penyebabnya adalah karena Indonesia berada pada puncak musim kemarau. Selain itu, dipengaruhi pula oleh aliran massa dingin dari Australia menuju Asia.
"Cuaca dingin saat ini terjadi karena musim kemarau serta dipengaruhi angin tenggara dan timur. Meski Januari dan Februari 2022 merupakan puncak dari musim hujan, kondisinya tidak merata di seluruh wilayah," terangnya.
Ada faktor lain yang menyebabkan perbedaan puncak musim hujan. Saat ini, kata Iid, data harian menunjukkan masih ada kelembapan awan hujan sehingga di sejumlah wilayah hujan masih tertahan.
Ditambah lagi, angin kencang regional yang menyebabkan tidak semua wilayah mengalami dampak yang sama.
”Ada beberapa wilayah yang tidak hujan tapi ada sebagian yang hujan dengan intensitas sedang dan lebat. Malah ada yang masih berpotensi ekstrem. Sekarang trennya bergeser ke wilayah timur,” ujarnya.
Menurut Iid, saat ada angin siklon, seperti siklon tropis Tiffany, akan terjadi penurunan suhu. Suhu terendah yang pernah terjadi pada Agustus 1987 adalah 11,2 derajat Celsius. Namun secara umum sekarang berkisar 15-17 derajat Celsius.
Baca Juga: Polda Jabar Limpahan Laporan Kasus Penghinaan Denny Siregar ke Polda Metro Jaya
”Data maksimum di Bandung siang ini sekira 28,8 derajat Celsius. Ini bisa menyebabkan kondisi cuaca di permukaan terasa 20-21 derajat Celsius,” ujarnya.
Iid mengatakan, karena saat ini masih dalam periode musim hujan, akan ada peningkatan curah hujan diiringi bencana hidrologi dan meteorologi.
Rasio air
Peneliti Observatorium Bosscha Yatny Yulianty menyebut, pada 2022, Perihelion terjadi pada 4 Januari sekira pukul 13.52 waktu lokal Bandung. Adapun Aphelion tercapai pada 4 Juli mendatang, pukul 14.20.
Lantaran jarak antara bumi dan matahari yang berubah, kata dia, logis untuk berpikir bahwa saat berada di Aphelion, bumi akan lebih dingin.
”Sinar matahari yang jatuh di bumi pada Juli (Aphelion) memang sekira 7 persen lebih rendah dibandingkan pada Januari (Perihelion),” kata Yatny, Kamis 13 Januari 2022.
Meski demikian, dia menekankan, persentase sinar matahari yang lebih rendah itu sebetulnya tidak lantas membuat cuaca lebih dingin. Bahkan, saat Aphelion, suhu di permukaan bumi secara rata-rata relatif sama panas.
”Hal itu disebabkan karena distribusi dataran dan air (lautan) di bumi tidak sama. Benua dan lautan tidak tersebar merata di seluruh bagian dunia, ada lebih banyak daratan di belahan bumi utara dan lebih banyak air di selatan,” katanya.
Selama Juli atau ketika mendekati awal musim panas di utara, bagian utara bumi yang padat akan condong ke arah matahari. Suhu di bumi (rata-rata di seluruh bagian dunia) sedikit lebih tinggi pada Juli karena matahari menyinari seluruh daratan itu, yang agak mudah memanas.
”Begitu pula saat Januari, bagian bumi belahan selatan sedang mengalami musim panas. Namun, posisi Perihelion tidak lantas meningkatkan suhu musim panas di selatan, karena di belahan bumi selatan didominasi air, dengan rasio daratan banding air adalah 4:11,” katanya.
Baca Juga: Tangkap Pembunuh Wanita di Bekasi, Pelaku: Ngaku Ada Bisikan Gaib
Yatny menerangkan, air memiliki kapasitas panas yang lebih tinggi daripada daratan. Artinya, air membutuhkan energi panas yang lebih banyak untuk menaikkan suhunya daripada kebutuhan daratan.
Akibatnya, sedikit peningkatan sinar matahari diimbangi oleh rasio air terhadap tanah yang lebih tinggi.
Cuaca di permukaan bumi yang tidak begitu terpengaruh oleh fenomena Aphelion dan Perihelion juga disebabkan jarak bumi dan matahari.
”Lagi pula, selisih jarak antara saat Aphelion dan Perihelion hanya sekira 4,8 juta kilometer. Jarak tersebut sangat kecil dibandingkan jarak rata-rata bumi ke matahari yang sekitar 150 juta kilometer,” katanya.
Tak berpengaruh
Hal senada dikatakan peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional Andi Pangerang. Dia mengatakan, Perihelion dan Aphelion tidak berpengaruh signifikan terhadap kenaikan atau penurunan suhu permukaan bumi. Kenaikan dan penurunan suhu akibat dua fenomena tersebut hanya sekira 2 derajat Celsius.
Suhu rata-rata permukaan bumi adalah 15 derajat Celsius. Saat bumi mencapai jarak terdekat dengan matahari (Perihelion), intensitas radiasi matahari menjadi meningkat sehingga suhu permukaan bumi menjadi 17,4 derajat Celsius. Terjadi kenaikan suhu permukaan bumi 2,4 derajat Celsius.
Sebaliknya, saat bumi mencapai jarak terjauh dari matahari (Aphelion), intensitas radiasi matahari menurun sehingga suhu permukaan bumi menjadi 12,6 derajat Celsius. Hal itu sama artinya turun 2,4 derajat celcius dari rata-rata suhu permukaan bumi.
Dengan perubahan suhu yang tidak signifikan itu, Andi mengatakan, tidak ada dampak yang perlu dikhawatirkan.
Menurut Andi, perubahan suhu yang tidak signikan terjadi karena bentuk orbit bumi yang tidak terlalu lonjong.
Oleh karena itu, kondisi suhu yang terasa lebih dingin atau lebih panas saat dua fenomena itu terjadi lebih dipengaruhi oleh faktor iklim.
Baca Juga: Kemenkes Terbitkan SE untuk Pelaksanaan Vaksinasi Booster
Saat Aphelion terjadi Juli 2022, di Australia sedang musim dingin. Angin muson dari negara itu yang terbawa ke Indonesia bagian selatan membuat udara akan lebih dingin.
Disclaimer: Artikel ini sebelumnya telah tayang di Pikiran Rakyat.com dengan judul "Mengungkap Penyebab Cuaca Dingin Awal 2022 dan Kabar Bumi Menjauhi Matahari"
Artikel Terkait
Amankan Bupati Penajam Paser Utara Abdul Gafur, KPK Sita Uang Tunai
Kekayaan Bupati Penajam Paser Utara yang Ditangkap KPK Mencapai Rp36,7 Miliar
Buntut Temuan Positif Covid-19, Pemprov DKI Tutup Tujuh Sekolah di Jakarta
Ungkap Kasus Prostitusi Online Anak-anak di Pontianak , Polisi Amankan 9 Muncikari
Video Pria Bawa Sajam yang Lakukan Percobaan Penyerangan di Polres Lumajang Viral di Medsos
Kemenkes Terbitkan SE untuk Pelaksanaan Vaksinasi Booster
BMKG: Gempa Magnitudo 4,9 Guncang Wilayah Halmahera Selatan
Tangkap Pembunuh Wanita di Bekasi, Pelaku: Ngaku Ada Bisikan Gaib
Polda Jabar Limpahan Laporan Kasus Penghinaan Denny Siregar ke Polda Metro Jaya
Pernah Hidup 180 Juta Tahun yang Lalu, Fosil Naga Laut Raksasa Ditemukan di Inggris